Powered By Blogger

Senin, 03 Mei 2010

"Secuil" Pengorbanan

Semoga cerita ini menjadi renungan bagi kita semua

Di suatu desa pinggiran kota hiduplah seorang gadis nan cantik sebut saja ia Jelita. Jelita adalah seorang gadis yang disegani oleh orang-orang di desanya karena kecantikannya. Bahkan ia disebut sebagai kembang desa di kampungnya. Ia juga merupakan gadis yang pintar, meskipun ia tinggal di desa namun ia kuliah di salah satu universitas ternama di kota dekat desa. Namun sayang karena kecantikan dan kepintaran yang dimilikinya ia agak sombong.

Jelita hidup bersama seorang ibu, ia sudah lama ditinggal oleh ayahnya sejak ia masih kecil. Ibunya adalah sosok ibu yang sangat penyabar, penyayang dan giat bekerja. Namun sayang, ibu tidak bisa melihat dunia. Meskipun miskin Jelita dan ibunya tidak pernah kekurangan. Walau ibu tidak bisa melihat, ibu memiliki semangat yang tinggi dalam memperjuangkan kehidupannya dan Jelita. Ibu bekerja sebagai penyulam dan penenun yang ulung, ia juga sekali kali memijit dan mengurut tetangganya yang sakit demi mendapat penghasilan tambahan.

Namun kerja keras ibu seakan tak berarti di mata Jelita. Suatu ketika, Jelita meminta kepada ibunya agar tidak menampakkan dirinya ketika teman-teman Jelita datang kerumahnya. Ia merasa sudah cukup malu mempunyai rumah yang berada di lingkungan kumuh, sehingga ia semakin malu apabila teman-temannya melihat bahwa ibunya adalah seorang tuna netra. Namun hal itu tidak membuat ibu sakit hati karena ia hanya ingin membahagiakan putrinya.

Setelah ia lulus dari kuliah, ia mendapat pekerjaan yang layak di sebuah perusahaan swasta di kota besar. Hal ini membuatnya harus merantau jauh dari ibunya. Namun lagi-lagi ibunya rela melepasnya demi kesuksesan anaknya.

Bertahun tahun merantau ia kini telah dipinang oleh seoarang saudagar kaya. Namun ia tidak mau memperkenalkan keluarganya karena ia malu mempunyai ibu buta. Ia takut pinangan mertuanya di batalkan.
Sepuluh tahun kemudian ia akhirnya bercerita kepada suaminya tentang ibunya yang malang. Dan ia mengajak suaminya untuk mengunjungi ibunya.

Setibanya dikampung halaman, betapa terkejutnya ia mendapati rumahnya dulu sudah usang. Dan hal yang lebih mengagetkan lagi, sosok seorang ibu yang telah mendidiknya, membesarkannya hingga ia menjadi seperti sekarang telah berpulang. Salah seorang tetangga menceritakan bahwa ibunya meninggal karena sakit yang dideritanya 5 tahun lalu. Kemudian tetangga itu menyampaikan titipan surat yang diberikan sebulan sebelum ibunya berpulang. Jelita lalu membacanya.

“Jelita ku tersayang, mungkin saat kau membaca surat ku ini, aku sudah tak bisa kau lihat lagi. Bukan surat warisan yang bisa aku berika padamu nak, hanya surat ini yang aku bisa berikan kepadamu. Juga do’a-do’a terdahuluku yang menyertaimu. Ibu harap kamu bisa menjadi orang seperti yang kamu mau.
Nak, ibu ingin memberi tahumu satu hal. Kau harus menyembunyikan ini dari siapapun.
Ibu harap kamu bisa jaga titipan terakhir ibu kepadamu. Ibu ingin kau pergunakannya sebaik mungkin. Dulu saat kau lahir, kau terlahir dalam keadaan buta nak. Ibu yang tak tega melihat mu, ingin sekali mendonorkan mata ibu untukmu. Ayahmu sebetulnya melarang ibu, namun karena tekad ibu, ayah akhirnya mengizinkannya. Kini hanya dua buah mata yang ada padamu itu yang bisa ibu titipkan. Jagalah dengan baik nak, titipan terakhir dari ibumu”.

Setelah membaca surat itu, Jelita langsung menangis histeris. Ia tak kuasa menahan air matanya. Ia sangat menyesal akan perbuatannya selama ini.

Dari cerita di atas, kita dapat mengetahui seberapa besar kasih sayang yang diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya. “Secuil” pengorbanan yang beliau berikan tak kan pernah mungkin tergantikan dan mungkin tak bisa terbalaskan. Jaga, sayangi dan hormatilah orang tua karena mereka adalah permata yang tak ternilai harganya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar